Bangsa barat datang ke Indonesia pada awalnya bertujuan untuk
menguasai Indonesia. Karena Indonesia kaya akan hasil buminya. Termasuk
rempah-rempah, bangsa barat datang ke Indonesia. Di samping itu, mereka ke
Indonesia membawa misi menyebarkan agama, mereka melakukan penjelajahan
samudra, karena memiliki keinginan mencari kekayaan dan kejayaan.
Bangsa Eropa melakukan penjajahan ke
Indonesia bukan sekedar berdagang mereka ingin mencari kekayaan dan kejayaan.
Hal ini terbukti selama 350 tahun Indonesia di bawah naungan kekuasaan
penjajah. Berbagai organisasi rakyat muncul. Tujuannya untuk melakukan perlawanan
terhadap penjajah dengan berbagai cara.
Kekuasaan bangsa portugis ke Indonesia tahun 1511 armada penjajahan
portugis dibawah pimpinan Alfonso De Alberqueque tiba di malaka berperang
melawan Sultan malaka yaitu Sultan Mahmud Syah ( 1488-1528). Bangsa portugis
melanjutkan perjalanan dari pulau Hituoke Ternate maluku, dengan tujuan
menguasai daerah penghasil rempah-rempah
portugis dapat diusir dari wilayah maluku pada tahun 1575.
Pekembangan Kolonialisme dan
Imperalisme Barat
Faktor-faktor
pndorong bangsa Eropa ke Indonesia. Akibat terjadinya perubahan politik di
Eropa yang disebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, Perang salib, dan
jatuhnya Kekaisaran Byzantium, maka
berpengaruh terhadap perubahan ekonomi dan sosial di Eropa. Hal ini mendorong bangsa Eropa menyebar ke berbagai belahan
dunia termasuk ke kepulauan Indonesia.
Kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol,
Sebelum bansa Eropa datang, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Islam.
Kerajaan tersebut menjadi pusat perdagangan kerajaan itu antara lain, Aceh,
Banten, Demak, Cirebon, Banjar, Ternate, Makasar, dan Tidore. Bangsa barat yang
datang pertama kali di Indonesia yaitu bangsa Portugis. Pada tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke Maluku dari Filipina
melalui Kalimantan, kemudian menuju Tidore. Wilayah ternate bersekutu dengan
Portugis sedangkan wilayah Tidore bersekutu dengan Spanyol. Karena itu terjadi
persaingan antara Portugis dan Spanyol. Persaingan diatasi dengan perjanjian
Tordesilas pada tahun 1534. Dalam perjanjian itu disebutkan, bahwa Maluku sebagai daerah jajahan Portugis. Akhirnya
Spanyol meninggalkan Maluku dan kembali ke Filipina.
Pngaruh Impetialisme dan Kolonialisme
terhadap bangsa Indonesia
1.
Bidang
Politik
2.
Bidang
Ekonomi
3.
Bidang
Soaial
4.
Bidang
Budaya
Kekuasaan
Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)
Bangsa
Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka mendarat di
Banten. Kedatangan mereka pada awal memang dicurigai, tetapi setelah
menerangkan maksud kedatangannya hanyalah untuk berdagang, maka penguasa dan
rakyat Banten menyambut dengan baik, Hal ini atas pertimbangan bahwa dengan
kedatangan mereka selain dapat menambah pendapatan kerajaan melalui
perdagangan, dapat juga dijadikan sekutu melawan Portugis,
Akan tetapi suasana persahabatan itu tidak berlangsung lama karena timbul
persaingan diantara pedagang-pedagang Eropa. Orang-orang belanda bersikap kasar
sehingga menimbulkan keonaran. Akibatnya, penguasa Banten menangkap orang-orang
Belanda termasuk Cornelis de Houtman. Orang-orang Belanda membalas dengan
menembaki Banten dari kapal-kapal mereka. Hal ini menimbulkan suasana
permusuhan. Untuk mengatasi hal ini kemudian diadakan perjanjian, yang
menerangkan bahwa penguasa Banten akan melepas orang-orang Belanda asal mereka
mau memberikan tebusan dan setelah itu harus meninggalkan Banten. Akhirnya,
dengan tebusan uang mereka dibebaskan. Belanda meneruskan perjalanan ke timur
menyusuri Pantai Utara Jawa. Mereka tidak singgah di pelabuhan itu karena
pelabuhan itu tidak mau menerima kedatangannya, Mereka segera kembali ke
negrinya. Keuntungan yang diperoleh Belanda adalah mengetahui secara langsung
jalur pelayaran dan daerah penghasil rempah-rempah.
Tahun 1598, Belanda datang di Indonesia
yang kedua kalinya menuju Banten di dibawah pimpinan Jacob van Neck, Meskipun sebelumnya Belanda sudah menimbulkan
keonaran, tetapi ternyata kedatangan yangke dua kali di Banten disambut baik.
Kedatangan Jacob van Neck
segera diikuti oleh pedagang Belanda lainnya.
Tujuan
VOC ke Indonesia
Belanda
membentuk suatu kongsi dagang bersama yang disebut Vereeningde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1602
terbentuknya maskapai Hindia Timur (VOC) yang dimarkaskan di Amsterdam,
Pembentukan VOC atas usul Johan van
Oldenborneve. Dibentuknya VOC selain untuk menghindari persaingan di antara
pedagangan Belanda sendiri, juga bertujuan menyaingi kongsi dagang Inggris yang
sudah terlebih dahulu ada di India, yaitu EIC (East India Company). Tujuan VOC di Indonesia, antara lain menguasai
pelabuhan-pelabuhan penting, menguasai kerajaan di Indonesia, dan melaksanakan
monopoli perdagangan
rempah-rempah. Setelah berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan penting,
dengan politik Devide et Impera (Memecah
dan Menguasai )
Untuk mendukung keberadaan VOC, parlemen
Belanda memberi Hak Oktoori, yang isinya :
1)
Hak
Monopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika.
2)
Hak
memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan.
3)
Hak
untuk mengadakan perang dan menjajah.
4)
Hak
sebagai wakil pemerintah Belanda di Indonesia.
5)
Hak
untuk mengikat perjanjian dengan raja-raja di Indonesia.
6)
Hak
untuk mengangkat pegawa.
7)
Hak
untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
8)
Hak
untuk memungut pajak.
Dalam Monopoli Perdagangan rempah-rempah di Indonesia VOC
memberlakukan Hal-hal berikut :
·
Hak
Eksteerposi (Hak untuk mengurangi hasil rempah-rempah dengan cara
menebang/memusnahkannya bila perlu
·
Pelayaran
Hongi (Hongi Tochtan, pengawasan
terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan di Indonesia
Berakhirnya VOC
Setelah berjalan sekitar 200 tahun, VOC mengalami kemunduran
dan tidak dapat melaksanakan tugasnya karena mengalami kebrangkrutan. Pada
tanggal 31 Desember 1799 secara resmi VOC dibubarkan.
Pelaksanaan Tanam Paksa
Van Den
Bosch, seorang tokoh Belanda yang mengusulkan dilaksanakannya Cultuur Stelsel “Tanam Paksa“. Latar belakang dilaksanakannya
tanam paksa yaitu karena terjadi kesulitan keuangan yang dialami pemerintah
Belanda pada awal abad 19 kas negeri
Belanda kosong. Di samping itu Belanda sedang menghadapi Belgia yang berusaha melepaskan diri. Di Indonesia terjadi
perlawanan Diponegoro. Dalam upaya mengatasi keadaan tersebut, Van Den Bosch
mengusulkan agar pemerintah belanda meningkatkan produksi tanam perdagangan.
Usul tersebut disetujui oleh pemerintah Belanda dan Van Den Bosch diangkat
menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda sekaligus pelaksanaan tanam paksa. Cultuurprocenten adalah semacam persen
atau hadiah bagi para pelaksana tanam paksa dapat menyerahkan hasil persen
melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dengan tepat waktu. Kesempatan ini
digunakan oleh para pelaksana tanam paksa untuk memaksa rakyat bekerja ekstra
keras, agar hasil panen meningkat demi kepentingan pribadinya.
Akibat pelaksanaan
Tanam Paksa
Hal ini
membawa akibat yang sangat berat bagi rakyat Indonesia, Misalnya, akibat tanah
terbengkala, panen gagal, kemiskinan, kemelaratan, wabah penyakit, kematian.
Daerah-daerah yang paling banyak mengalami penderitaan ini adalah Demak,
Purwodadi, dan Priangan. Sedangkan bagi Belanda membawakan keuntungan yang melimpah. Berjuta-juta gulden uang mengalir ke negeri Belanda
sehingga dapat digunakan untuk : Mengisi kekosongan kas negara, melunasi hutang,
membuat jalan kereta api dan pelabuhan, dan membangun pusat perindustrian.
Reaksi
terhadap Tanam Paksa
Tanam paksa
mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat. Reaksi ini datang dari Douwes Dekker dan Frans van der Putte.
1)
Max
Hevelaar karya Douwes Dekker (Multatuli). Dalam buku yang berarti “Lelang
Kopi”, dijelaskan bagaimana penderitaan penduduk Pulau Jawa, khususnya Banten
dan Priangan. Mereka diperas oleh pegawai Belanda dengan cara harus menanam kopi
yang hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda atas tekanan
para pegawainya.
2)
Suiker
Contracten (Kontrak Gula) Karya Frans van
der putte. Pada tahun 1850, timbulah perdebatan mengenai pelaksanaan tanam
paksa. Ada yang Pro dan ad yang Kontra.Mereka yang menyetujui terutama para
pegawai pemerintah dan para pengelola NHM
(Nederlandsche
Handel Maatschappij),
Suatu perusahaan pengangkutan. Golongan yang menentang yaitu golongan liberal
dan agama.
Penghapusan Tanam paksa
Karena banyak reaksi yang muncul, Pemerintah Belanda mulai
berusaha untuk menghapuskan tanam paksa secara bertahap, Misalnya menghapuskan
tanam paksa lada pada tahun 1860 dan tanam paksa nilai serta teh pada tahun
1865. Keseluruhan tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870, tanam paksa
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1830-1870 (40 tahun).
Politik Kolonial
Liberal
Di Indonesia tidak
terlepas dari perubahan politik di Belanda. Pada tahun 1850, golongan liberal
di negeri Belanda mulai memperoleh kemenagan dalam pemerintah. Kemenangan itu
di peroleh secara mutlak pada tahun 1870, sehingga tanam paksa dapat
dihapuskan. Pada tahun 1870 di Indonesia dilaksanakan politik kolonial liberal
atau sering disebut “Politik pintu terbuka” (Open
door policy). Sejak
itu pemerintah Hindia Belanda membuka Indonesia dari para pengusaha swasta
asing untuk menanamkan modalnya, khusus di bidang perkebunan. Pelaksanaan
ditandai dengan keluarga Undang-undang De Waal, yaitu
Undang-undang Agraria dan Undang-undang Gula. Undang-undang Agraria (Agrarische wet) menjelaskan, Bahwa semua
tanah di Indonesia adalah milik pemerintah kerajaan Belanda. Oleh karena itu
pihak swasta boleh menyewakan dengan jangka waktu antara 50-75 tahun di luar
tanah yang digunakan oleh penduduk untuk bercocok tanam. Dalam Undang-undang
Gula (Suiker Wet) ditetapkan bahwa tebu tidak
boleh diangkut ke luar Indonesia tetapi harus di proses di dalam negeri.
Munculnya
peerkebunan swasta di Indonesia
Terbukanya
Indonesia bagi swasta asing berakibat munculnya pekebunan-perkebunan swasta
asing di Indonesia seperti perkebunan teh dan kina di Jawa Barat, perkebunan
tembakau di Deli, perkebunan tebu di Penanaman modal di bidang
pertambangan seperti tambang timah di Bangka dan tambang batu bara di
Umbilin. Pengaru gerakan liberal terhadap Indonesia secara umum :
1)
Tanam paksa dihapus.
2)
Modal swasta asing mulai ditanamkan di Indonesia.
3)
Usaha kerajinanrakyat terdesak oleh barang impor.
4)
Pemerintah Hindia Belanda membangun
prasarana-prasarana.
5)
Hindia Belanda menjadi penghasil barang
perkebunan yang penting.
6)
Rakyat perdesaan mulai mengenal arti pentingnya
uang.
Para pekerja perkebunan diikat dengan sistem kontrak, mereka harus mau
menerima semua yang telah ditetapkan oleh perusahaan pihak pengusaha memang
mempunyai peraturan yang disebut Poenale
Sanctie yaitu peraturan yang
menetapkan pemberian sanksi hukuman bagi para buruh yang melarikan diri dan
tertangkap kembali.
Kaum liberal memandang Hindia Belanda
sebagai ladang pihak swasta sehingga dapat menimbulkan akibat-akibat :
1) Timbulnya
Urbanisasi. hal ini terjadi karena rakyat yang tidak mempunyai tanah, pergi ke
kota untuk mencari kehidupan dengan bekerja pada pabrik-pabrik yang telah
didirikan oleh swasta maupun pemerintah.
2) Penduduk
kota semakin bertambah pesat.
3) Timbulnya
kaum buruh.
4) Tanah
perkebunan semakin luas.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar